PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS 3 SD
Oleh : Dra. Hj. Zahra Chairani, M.Pd
Pendahuluan
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang
oleh sebagian besar siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit,
dan sukar dipaharni. Dalam pemberian materi di Sekolah Dasar, dijumpai
bahan ajar yang berupa soal cerita sebagai aplikasi matematika dalam
kehidupan sehari-hari, maupun bentuk soal yang dirangkai dalam kalimat
sebagai rangkaian pembinaan pola berpikir deduktif siswa.
Harapan semua orang, baik orang tua siswa maupun
guru yang mengajar matematika, materi matematika bukan lagi merupakan
hal yang sulit untuk dipahami siswa, oleh karena itu guru memerlukan
strategi atau pendekatan mengajar yang tepat, sesuai dengan tahapan
berpikir siswa dalam melakukan penyelesaian berbagai permasalahan dalam
matematika.
Dari berbagai hasil penelitian yang diungkapkan oleh Rudnitsky, Etheredge, Freeman & Gilbert (1995:467) menunjukkan
bahwa soal cerita dalam matematika masih merupakan masalah yang sulit
bagi siswa. Faktor kesulitan dikatakan terletak pada struktur matematika
dan bahasa. Selain itu Hudojo (1990: 187) menyatakan bahwa
soal yang berhubungan dengan bilangan tidak begitu menyulitkan siswa
Sekolah Dasar, akan tetapi soal-soal yang menggunakan kalimat sangat
menyulitkan siswa yang berkemampuan kurang.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Haji
(1994), Suarjana (1997, dan Akhmad (2000), umumnya menyatakan bahwa
kesulitan yang dialami siswa dalam menelesaikan soal cerita terletak
pada faktor lemahnya kemampuan siswa dalam memahami “isi “soal yang
disajikan.
Selain itu hasil studi Asdar menunjukkan bahwa dan 41 siswa kelas 3 di suatu Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dijumpai 33,17 siswa yang menjawab benar, dan 66,83% siswa menjawab salah. Hasil studi mi menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam soal cerita masih rendah.
Selain itu hasil studi Asdar menunjukkan bahwa dan 41 siswa kelas 3 di suatu Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dijumpai 33,17 siswa yang menjawab benar, dan 66,83% siswa menjawab salah. Hasil studi mi menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam soal cerita masih rendah.
Studi ini bukan hanya memperhatikan hasil akhir
saja, tetapi juga memperhatikan proses belajar mengajar yang berlangsung
di sekolah responden. Hasil studi ini menunjukkan bahwa (1) guru dalam
mengajarkan soal perkalian bentuk cerita masih dengan cara konvensional,
(2) guru tidak menggunakan alat peraga yang tepat untuk
rnengajarkannya, (3) Bila ada siswa yang belum memahami, guru cenderung
menyelesaikannya sendiri, jawaban guru bukan bersifat bantuan bagi
siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka
penulis merasa tertarik untuk menyajikan topik bahasan tentang
penggunaan model Polya dalam pemecahan masalah masalah soal cerita
dengan mengambil contoh tentang perkalian bilangan cacah di kelas 3
(tiga) Sekolah Dasar.
Penulisan ini bertujuan untuk:
Membantu mengatasi kesulitan yang seringkali dihadapi guru dalam mengajarkan soal cerita dikelas 3 (tiga) Sekolah dasar
Memungkinkan guru untuk mengembangkan model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam
mengajarkan soal cerita di kelas 3 (tiga) Sekolah Dasar
Memberikan kemungkinan bagi guru untuk mengembangkannya di kelas yang lebih tinggi.
Dengan demikian diharapkan tulisan mi dapat
bermanfaat bagi guru, agar (a) membuka wawasan untuk mau berbuat, dan
mengatasi kesulitan dalam pembelajarannya, sesuai dengan langkah-langkah
pemecahan masalah berdasarkan model Polya, (b) memungkinkan guru untuk
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meminimalkan kesulitan
yang dihadapi siswa dengan menggunakan model Polya sebagai dasar
tindakan perbaikan pembelajaran.
Model Polya Dalam Penyelesaian Soal Cerita
Soal cerita dalam matematika adalah soal yang
diungkapkan dalam bentuk cerita yang diambil dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika. Dalam soal cenita,
masalah yang diajukan disajikan dalam rangkaian kata-kata yang bermakna.
Soal tersebut adalah soal yang tidak berbentuk kalimat matematika ,
tetapi soal yang disajikan dalam bentuk cerita baik secara lisan maupun
tertulis.
Untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar, soal dibacakan
guru, karena siswa kelas 1 belum mampu untuk membaca dan menulis dengan
lancar. Akan tetapi untuk kelas 3 (tiga), soal sudah dapat dituliskan
dan siswa dapat membaca dengan lancar. Meskipun siswa baru di kelas 3
SD, akan tetapi pemecahan masalah merupakan suatu cana atau indikator
yang sangat baik untuk membantu siswa mendapatkan pola berpikir nalar,
logis serta sikap kritis. Agar mendapatkan hasil yang sesuai aspek
kemampuan siswa, maka perlu diketahui tahapan-tahapan pemecahan masalah
berdasarkan model Polya yang dapat diuraikan sebagai berikut:
- Memahami masalah.
- Menyusun rencana Penyelesaian
- Pelaksanaan Rencana Penyelesaian
- Mengecek kembali
Keempat langkah-langkah pemecahan masalah model polya ini akan dijelaskan sebagai berikut:
- Memahami Masalah
Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal bentuk cerita adalah kurangnya pemahaman siswa
dalam memahami bahasa. Oleh karena itu kemampuan siswa dalam membaca
soal dan memahaminya dengan baik merupakan salah satu faktor penting
yang hams diperhatikan guru.
Daugustin dan Smith (1992:39) menyatakan bahwa
ketidak mampuan siswa menyelesaikan soal cerita dapat disebabkan karena
siswa tidak mampu membaca kalimat-kalimat dalam soal itu atau tidak
memahami apa yang sedang dibaca mereka. Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan gum adalah membantu siswa untuk
menyelesaikan masalah dalam menyelesaikan dengan cara mengarahkan siswa
agar dapat membaca soal dengan cermat. Membaca soal dengan cermat
berarti berusaha untuk memaknai setiap informasi, mengkaitkan informasi
tersebut ke dalam suatu kesatuan yang utuh. Untuk itu melalui tanya
jawab guru dapat mengarahkan siswa bagaimana menganalisis sekaligus
memaknai setiap informasi soal secara cermat. Pertanyaan-pertanyaan guru
akan membantu wawasan berpikir siswa dan memberikan motivasi untuk
selalu berpikir secara aktif.
Cox dan Zarrilo dalam Mahyuddin (2001) menyatakan
bahwa usaha memperoleh informasi dan memahami bacaan, pembaca butuh
kebebasan untuk menganalisis bacaan, ada bagian yang perlu diulang
membacanya dan dalam hal mi kemampuan siswa tidak sama. Oleh karena
tujuan utama membaca cermat adalah untuk memperoleh informasi yang
terkandung dalam soal cerita, maka guru hams mampu untuk membuat
siswanya memusatkan perhatian pada soal yang dibaca, dan kemudian
menggali kemungkinan berbagai informasi dengan mengajukan
pertanyaanpertanyaan pada siswa
Kegiatan membaca soal, akan memudahkan siswa untuk
merepresentasikan isi soal cerita yang diberikan. Dengan demikian dalam
penyajian materi kepada siswa guru dapat memadukan bentuk bentuk
representasi dengan benda-benda nyata, gambar-gambar.bahasa lisan , dan
bahasa tulisan.
Dengan bantuan ini pola berpikir siswa akan dapat
bergerak dan situasi konkrit dan situasi masalah ke situasi abstrak.
Kegiatan pembelajaran ini akan memberikan pengalaman belajar siswa untuk
mampu melakukan manipulatif lewat benda-benda konkrit yang dipilih
dengan baik dan digunakan untuk mengembangkan pemahaman konsep dan dapat
mempermudah konsep-konsep yang sulit
- Menyusun Rencana Penyelesaian
Seseorang dapat menyusun rencana lanjutan, jika ia
memahami paling sedikit garis besar yang mana yang hams dihitung atau
dicari dan data yang diperolehnya pada waktu membaca soal derigan
cermat. Pada tahapan ini guru mengajak siswa untuk menentukan hal-hal
apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan akhimya sampai pada
menerjemahkan soal kepada bentuk model matematika.
Hal ini tentu saja cukup sulit jika pemaharnan
terhadap masalah yang dihadapi sangat minim sekali. Oleh karena itu
pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu diajukan guru untuk memberikan
arahan pada siswa antara lain : Lihat pada hal-hal yang belum diketahui, dan cobalah berpikir dan masalah tersebut hal-hal yang sangat dekat hubungannva dengan hal yang belum diketahui atau hal—hal yang mempunyai masalah yang sama dengan hal tersebut.
.... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....
Apa saja yang belum diketahui?
Upaya guru yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kesulitan siswa dalam menerjemahkan bahasa dalam soal cerita ke dalam
model matematika adalah dengan menggunakan pendekatan translasi dan
simulasi. Model translasi adalah menyuruh siswa untuk memaparkan kembali
infomiasi yang sudah diketahuinya (representasi verbal) ke dalam suatu
struktur sajian informasi berdasarkan pemahamannya sendiri.
Pendekatan simulasi menurut Tipps (1994) adalah
salah satu strategi dalam pemecahan soal cerita dan Reys, Suydam,
Linquis dan Smith (1998) menyatakan bahwa simulasi dapat membantu siswa
memvisualisasikan pernyataan-pemyataan yang terdapat dalam soal cerita.
Pendekatan simulasi (bermain peran) baik secara langsung atau mengamati
teman yang meläkukan simulasi sangat membantu siswa dalam memahami
masalah yang terkandung dalam soal cerita. Penggunaan benda konkrit
untuk menunjukkan isi cerita dalam kegiatan simulasi dalam adalab upaya
melakukan representasi sangat membantu pemahaman siswa dalam mebuat
model matematika dan soal cerita.
- Pelaksanaan Rencana Penyelesaian
Setelah menemukan model matematika dengan
menggunakan benda konkrit atau alat peraga, maka langkah ketiga mi
adalah menyelesaikan kalimat matematika untuk mendapatkan nilai atau
hasil. Kemampuan yang hams dimiliki siswa adalah pengetahuan prasyarat.
Pengetahuan pra-syarat merupakan pen getahuan
dasar yang harus dimiliki siswa dan merupakan syarat utama yang sangat
penting dan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam melakukan
penyelesaian soal cerita. Guru diharapkan dapat menggali pengetahuan
pra-syarat sesuai dengan yang dibutuhkan pada soal cerita yang
diajukan.
Jika pengetahuan pra-syarat telah dimiliki siswa,
maka guru dengan mudah dapat menggunakan tanya jawab untuk melakukan
penyelesaian selanjutnya.
- Mengecek (melihat kembali)
Langkah mi digunakan untuk melakukan pengecekan
apakah siswa telah mampu menyelesaikan masalahnya. Salah satu upaya
untuk melakukan pengecekan kembali adalah meminta siswa untuk melakukan
representasi kembali masalah yang telah diselesaikannya.
Tujuan kegiatan mi untuk memperoleh jawaban dan
untuk memeriksa apakah soal yang diselesaikan sudah benar dan lengkap.
Pengecekan dilakukan mulai dan apa yang diketahui, yang ditanyakan
membuat model matematika, dan pengecekan hasil masalah yang telah
diselesaikannya. Di samping itu juga untuk memperoleh jawaban dan untuk
memeriksa apakah soal yang diselesaikan sudah benar dan lengkap.
Pengecekan juga dilakukan sampai kepada kemampuan menginterpretasikan
penyelesaian tersebut terhadap situasi dan permasalahan dalam soal
cerita yang diberikan. Sampai guru dapat menarik kesimpulan bahwa siswa
telah dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan benar dan mengikuti
langkah-langkah yang diharapkan guru.
Contoh Penyelesaian Soal Cerita Dalam Matematika
Contoh berikut ini memberikan gambaran tentang
proses penyelesaian soal cerita yang diberikan kepada siswa kelas 3
(tiga ) di suatu sekolah dasar sebagai uji coba. Dalam hal ini guru
menggunakan cara dengan melakukan peragaan dan tanya jawab. Tulisan ini
mencoba mengajak para pembaca untuk menghayati proses kegiatan secara
sistematis dan bertahap.
Sebagai contoh diambil sebuah soal sebagai berikut:
Ibu Rini mempunyai 4 keranjang jeruk, setiap keranjang berisi 5 jeruk. Berapa banyak jeruk Ibu Rini seluruhnya?
Langkah-langkah kegiatan:
- Guru menuliskan soal di papan tulis dan mengarahkan siswa untuk membaca soal dengan cermat dan teliti. Siswa hendaknya diberi waktu untuk berpikir dan membaca dengan cermat.
- Selang beberapa menit, guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui apakah soal sudah dipahami atau belum oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Tanya jawab yang perlu diperhatikan dan kemungkinan untuk dilakukan guru:
Guru : Anak-anak, apakah soal yang kalian baca sudah dapat dimengerti?
Siswa (perkiraan jawaban siswa) : Sudah bu!
Guru : Apakah diantara kalian ada yang belum memahaminya?
Siswa : Ada bu, Saya belum mengerti maksudnya.
Guru : Coba kamu baca kembali dengan teliti. Kalau sudah jelaskan pada ibu apa yang kamu pahami dan kegiatan membaca tadi.
Guru : Bagaimana ? sudah paham semua maksudnya? ( guru menunggu jawab siswa )
bagus. Sekarang coba kamu jawab apa yang diketahui dan coal itu ? ada yang dapat menjawab?
bagus. Sekarang coba kamu jawab apa yang diketahui dan coal itu ? ada yang dapat menjawab?
Guru menuliskan di papan tulis,
Diketahui : .........................................................
Seorang siswa diminta untuk melengkapi apa yang diketahui tersebut. Siswa yang lain diminta untuk menuliskan dibukunya.
Diketahui : Bu Rini mempunyai 4 keranjang jeruk, Setiap keranjang berisi 5 buah jeruk.
Guru : Selain yang ditulis itu, masih ada kalimat lain yang merupakan pertanyaan. Apa yang ditanyakan?
Guru menuliskan yang ditanyakan di bawah
apa yang diketahui, dan meminta seorang siswa untuk melengkapinya. Siswa
menulis di papan tulis untuk melengkapi permintaan guru.
Yang ditanyakan : Berapa banyak Jeruk apel bu Rini seluruhnya?
Guru : Bagus, sekarang kita semua mencoba untuk menyelesaikan masalah mi. Masih ada yang belum mengerti masalahnya?
(tidak ada jawaban siswa)
Dalam hal ini guru menganggap bahwa siswa sudah dapat memahami maksud guru
Guru : Kalau sudah dimengeri, coba salah seorang dan kalian menjelaskan kembali pada ibu maksud soal ini? dan coba peragakan (guru meminta seorang murid untuk melakukannya).
Siswa A: Yang saya pahami adalah, ada 4 keranjang jeruk, yang masing-masing isinya 5 jeruk
Siswa A: Yang saya pahami adalah, ada 4 keranjang jeruk, yang masing-masing isinya 5 jeruk
- Dalam kegiatan ini Guru sudah menyiapkan benda-benda sebagai pengganti jeruk, misalnya dengan menggunakan barn, atau kelereng untuk diragakan dengan tempatnya atau keranjang yang dalam hal mi dapat menggunakan kotak kapur dan karton atau kotak lainnya. Guru kemudian menyuruh salah seorang anak mendemonstrasikan , dengan cara mengambil 4 buah keranjang, dan mengisi masing-masing keranjang dengan 5 buah jeruk sesuai dengan soal.
- Setelah itu guru melanjutkan tanya jawab
Guru: Dengan peragaan tadi ada berapa keranjang ibu Rini?
Siswa: Ada empat bu!
Guru : Dalam satu keranjang ada berapa buah jeruk, B?
Siswa B : Ada lima jeruk, bu!
Guru: Bagus, sekarang siapa yang tahu, apa yang ditanyakan dalam soal cerita tadi?
Siswa C: Saya bu, Banyak buah jeruk bu Rini seluruhnya
Guru : Jadi berapa B harus mengisi setiap keranjang?
Siswa C : Lima bu, dalam satu keranjang
Guru : Bagus, berapa kali B mengisi lima-lima ke dalam keranjang keranjang tersebut? Coba jawabD!
Siswa D: empat kali, bu
Guru : Mengapa?
Siswa D: Karena keranjangnya ada empat
Guru : Bagus , Kalau begitu , siapa coba bisa menuliskan dalam kalimat niatematika dengan menggunakan tanda kali
Siswa E: Saya bu, 4 x 5 (siswa menulis di papan tulis sambil menyebutkan)
Guru : Jadi kamu telah melakukan perkalian 4x 5, Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?
Siswa: Tidak ada, bu?
Guru : Bagus, kalau begitu, kalian telah dapat men gubah soal cerita menjadi bentuk kalimat matematika. Karena ada 4 keranjang , dan isinya inasing-masing 5, maka kalimat matematikanya 4 x 5. Bagaimana apakah kalian sudah mengerti?
Siswa: Sudah Bu!
Guru : Sekarang siapa yang dapat memberikan jawaban, untuk menyelesaikan hasil 4 x 5?
Siswa F : Sava bu, hasilnya 20
Siswa F : Sava bu, hasilnya 20
Guru :. Dan mana F mendapatkan hasil 20 ? Siapa yang dapat menjawab?
Siswa G: 5+5+5+520, bu!
Guru : Bagus, coba kamu H, yang ditanyakan pada soal tadi apa?
Siswa H : Banyak buah jerukibu Rini.
Guru : Kalau begitu bagaimana hubungan pertanyaan pada coal dengan hasil perkalian tadi? Ada yang dapat memberikan komentar?
Siswa 1: Saya , bu. Jadi banyaknya jeruk ibu Rini seluruhnya ada 20 buah.
Guru : Bagus sekali. Kita semua sudah
mendapatkan penyelesaian dan soal tadi. Apakah masih ada yang belum
paham? Coba kita periksa kembali jawaban kita apakah sudah benar! (Guru melakukan pengecekan untuk meyakinkan bahwa dialog tersebut sudah menghasilkan suatu penyelesaian yang tepat)
- Setelah dialog tersebut berlangsung, guru menunjuk ke papan tulis, dan menjelaskan bahwa proses penyelesaian tersebut harus disusun dengan teratur sesuai dengan langkah-langkah yang diperlukan untuk proses penyelesaian masalah , yang selama tanya jawab telah dilakukan.
Proses menjawab soal secara sistematis dilakukan
guru bersama-sama siswa. Guru hanya mengarahkan siswa agar semua siswa
dapat menuliskan rincian proses dengan benar seperti yang tertera di
bawah ini:
Diketahui : Bu Rini mempunyai 4 keranjang jeruk Setiap keranjang berisi 5 buah jeruk
Yang ditanyakan : Berapa banyak Jeruk bu Rini seluruhnya?
Kalimat Matematika : 4 x 5
Penyelesaian: 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
Jadi banyäk Jeruk bu Rini selurühnya adalah 20 buah
Dialog di atas merupakan alternatif strategi yang
dilakukan guru dalam menyelesaikan soal cerita di kelas 3 SD. Dari
dialog tersebut nampak bahwa penyelesaian masalah tidak dilakukan guru
seorang diri, akan tetapi dilakukan bersama siswa secara sistematis.
Untuk dapat memahami proses penyelesaian dengan
mapan, contoh-contoh sebaiknya tidäk cuma satu soal, tetapi guru dapat
menambah dengan soal berikutnya.
Siswa diharapkan dapat melakukan sendiri tanpa bantuan guru terlalu banyak, hal ini sesuai dengan pendapat Polya dalam bukunya How to Solve It yang mengatakan” The Teacher should Help, but not too much and not too little, so that the student shall have a reasonable share of the work. Yang
maksudnya adalah agar guru tidak membantu siswa terlalu banyak dan juga
tidak terlalu sedikit, dengan alasan agar siswa mendapat kesempatan
untuk berpikir.©
(MAHING // Edisi III)