Thursday, October 4, 2012

MENDONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

MENDONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Oleh: Saipurrahman
(Widyaiswara LPMP Kalimantan Selatan)
A. Pengantar
Dalam dunia kesusastraan Indonesia ada istilah “pelipur lara”. Pelipur lara dalam pengertian umum adalah penghibur. Hal ini sejalan dengan pendapat Prof Dr H.G. Tarigan dkk, (1988:116) yang mengatakan pelipur lara adalah orang yang ahli bercerita dan menghibur massa pendengamya. Kini orang yang pandai bercerita/mendongeng hampir-hampir punah dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu anda yang berprofesi sebagai pendidik apakah membiarkan atau lengah dengan kemajuan ilmu dan teknologi tersebut, sehingga berdampak terhadap kegiatan mendongeng di lahan anda? Ingat, dalam Permen Diknas tahun 2006 tentang Standar Isi dimana ada sebagian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengisyaratkan bahwa pembelajaran mendongeng/bercerita tetap mendapat porsi yang strategis dan aktual untuk dibelajarkan pada siswa mulai jenjang pendidikan dasar sampai menengah.
Kenapa hal itu tetap dibicarakan tentu ada yang melatarbelakanginya. Pertanyaan kita apakah mendengarkan cerita dongeng cukup dirninati anak-anak?. Tua, muda tentu rnenyukainya apalagi anak-anak. Saat dimana anak mengembangkan imajinasi dan memperluas minatnya adalah ketika ia mendengarkan cerita. Dan cerita, anak belajar mengenal manusia dan kehidupan serta dirinya sendiri. Lewat cerita-cerita yang anda sampaikan, anak rneluaskan dunia dan pengalaman hidupnya. OIeh karena itu mendongeng atau bercerita pada anak perlu dilakukan sejak dini.
Mendongeng dapat dilakukan dengan menggunakan teks yaitu membacakan buku atau bisa juga tanpa teks. Keuntungan membacakan buku adalah ada kemungkinan mempercepat anak dapat membaca, karena terbiasa melihat huruf dan kata-kata dan cerita yang anda bacakan. Sedangkan kelebihan mendongeng tanpa teks adalah anak dapat ikut diajak mengekspresikan dirinya. Dengan melibatkan anak dalam kegiatan mi, maka anak yang mula-mula pemalu dan menutup din akan berubah sikap, karena itu dianjurkan agar mendongeng dilakukan kedua-duanya saja. Agar mendongeng lebih efektif dan menghasilkan, menurut Dr. Murti Bunanta. SS. MA. (2004 : 10) meliputi ; (1) persiapan, (2) cerita yang didongengkan, (3) Kapan waktu mendongeng, (4) Teknik mendongeng, dan (5) Jenis cerita.
B. Persiapan Sebelum Mendongeng
Anda dapat mendongeng dengan cerita anda sendiri ataupun yang diambil dan buku. Bila diambil dan buku maka anda perlu mengenali terlebih dahulu jalan ceritanya, sifat tokoh-tokohnya, tempat terjadinya serta pilihan kata si pengarang supaya anda dapat menyampaikan cerita dengan baik dan lancar. Meskipun demikian anda tidak dianjurkan untuk menghapalkan seluruh jalan ceritanya kerena bila ada yang terlupa mungkin dapat menyebabkan anda menjadi gugup. Selain itu cerita yang terlalu dihapalkan akan terdengar kurang wajar. Jadi cukup anda ingat garis besarnya saja termasuk kejadian yang pokok dan penting, klimaks dan kesimpulan cerita. Nyanyian atau sajak yang terdapat dalam cerita dapat anda hapalkan dan ajarkan pada anak anda sehingga ia juga ikut terlibat dan mendapat peran. Hal mi akan menambah kegembiraannya dan anak dapat ikut mengekspresikan dirinya.
C. Cerita yang Didongengkan
Biasanya cerita yang cocok untuk didongengkan, secara umum dapat dilihat dan ceritanya yang berjalan cepat, penggambaran (deskripsi) yang singkat dan lebih banyak aksi (action). Kata-kata yang dipergunakan oleh pengarang lebih sederhana dan diambil dan kata-kata yang lebih banyak digunakan sehari-hari. Kalirnatnya singkat dan jalan ceritanya tidak rumit dan mudah ditangkap. Biasanya banyak katakata atau hagian kalimat yang diulang. Jadi bila kata-kata atau nyanyian nyanyian pendek mi disampaikan pada anak, mereka akan cepat dan spontan dapat mengikuti dan menirunya. Spontanitas dan pendengarnya yang lebih ditekankan, sedangkan path cerita yang dibacakan emosi pembaca yang lebih diutamakan.
Ada yang berpendapat bahwa cerita-cerita rakyat adalah cerita yang paling cocok didongengkan karena bersifat fleksibel. Elemen-elemennya dapat dihilangkan atau ditambah sesuai dengan pendapat si pendongeng tentang bagian mana yang dirasa penting dan perlu ditonjolkan. Karena adanya kelonggaran ini, cerita dapat diubah sesuai dengan kehendak dan reaksi anak, misalnya seseorang akan menghendaki putri dongengnya tidak berambut panjang, tetapi berambut pendek seperti dia. Karena itulah cerita rakyat paling efektif bila didongengkan karena bisa diadaptasi dan pendengar serta pendongeng akan memasuki situasi yang sama.
D. Kapan Memulai Mendongeng
Sebenarnya kegiatan meudongeng itu bisa dilakukan sejak anak TK atau anak sudah berumur 4 atau 5 tahun. Untuk pertama kalinya tentu anda hams memilih cerita yang pendek dulu, mulai dengan bersama-sama membuka-buka buku sambil menunjukkan gambarnya.
Yang lebih penting adalah bagaimana anda memulai kebiasaan ini sedemikian rupa sehingga tidak terasakan sebagai paksaan bagi anak. Juga lebih baik mendongengkan secara teratur setiap hari meskipun dalam jangka waktu pendek daripada dalam jangka waktu panjang tetapi tidak teratur. Untuk mengakhiri acara dianjurkan tidak tergesa-gesa segera setelah anda selesai mendongengkan cerita. Mungkin anak telah terbuai dengan cerita, maka anda bisa sedikit berdiskusi dengannya mengenai apa saja yang dia tanyakan. Atau bila anak minta diceritakan sekali lagi, tidak ada salahnya anda memenuhi permintaannya. Bisa pula kegiatan ini dialihkan perlahan-lahan, misalnya dengan menyuruh anak menggambar tokoh-tokoh cerita yang baru didengarnya sebelum anda meninggalkannya bermain sendiri dan anda dapat mengatakan kepadanya bahwa besok anda akan mendongengkannya lagi dengan cerita yang lain.
Penting pula diperhatikan bahwa cerita yang anda dongengkan sebaiknya sarnpai selesai. Bagi anak yang telah duduk di TK atau kelas I atau 2 SD bisa sampai 20 menit. Bagi anak kelas 3 SD keatas bisa diberikan sampai 30 menit mendengarkan cerita. Namun cara rnendongengkannya tidak perlu selengkap kelas rendah. Mungkin hanya sebagian cerita saja atau hanya bagian yang menarik saja. Hal mi dimaksudkan untuk merangsang minatnya sehingga anak tertarik untuk membaca seluruh isi buku. Cara mi cocok untuk memperkenalkan anak pada novel atau buku sastra.
E. Teknik mendongeng
Teknik mendongeng hendaknya dilakukan secara wajar. Jangan mendongeng dengan gaya yang berlebihan sehingga perhatian anak bukan lagi ditujukan pada ceritanya. tetapi pada penampilan anda. ini akan mengganggu penangkapannya akan cerita yang sedang anda bawakan, Dalam membawakan cerita, anda mula-mula mengajak anak untuk membayangkan kira-kira bagaimana tempat kejadiannya, misalnya ditengah hutan. juga penampilan tokoh-tokohnya, umurnya. pakaiannya, dan pengantar mengenai suasana ceritanya dan kapan kira-kira terjadinya.
Suasana yang wajar dan diiringi dengan gerakan-gerakan yang tepat akan membawa ke negeri dongeng. Bila diinginkan bisa pula anda memakai namanya untuk salah satu tokoh cerita. Anak bisa dilibatkan juga misalnya dengan ikut menyanyikan lagu-lagu pendek yang ada dalam cerita atau bisa juga diberi peran kecil. Kecepatan anda mendongeng juga harus diperhatikan, sesuaikan dengan umur anak dan penyampaian juga jangan dilakukan tergesa-gesa, sehingga anak bisa merasakan ikut tenggelam dalam cerita tersebut.
Bila misalnya dalam cerita ada penggambaran suara-suara binatang, ada yang berpendapat bahwa menirukan suara binatang dapat dilakukan, tetapi ada juga yang hanya memberi tekanan suara lebih dalam pada kata yang menggambarkan suara tersebut dan volume suara lebih diperkeras, misalnya kata “mengaum” dibunyikan sebagai “mengngauumm”.
Bila anda waktu, anda bisa pula membuat topi-topi kertas berwajah tokoh-tokoh cerita yang bisa dipakai oleh anak. Juga bila ada, boneka berbaju yang bisa dimainkan oleh tangan atau jan tangan dapat menambah semarak dongeng anda. Benda-benda kecil yang menggambarkan rumah, kursi, pohon, perabotan dan sebagainya dapat pula anda pergunakan untuk membantu anak membayangkan tempat kejadian. Jadi bila ada alat peraga dan anda pikir perlu juga digunakan tak ada salahnya bila dipakai. Dengan kretivitas anda dalam mmendongeng. anak akan belajar banyak.
F. Jenis cerita
Dalam memilih cerita sebaiknya anda mulai dan cerita yang kira-kira yang dapat dipahami dan disukai anak, kemudian lebih meningkat, ceritanya lebih panjang dan lebih rumit. Bila mendongeng untuk anak yang masih kecil sebaiknya dipilih cerita yang mempunyai tidak lebih dan 3 atau 4 tokoh yang dapat berbicara supaya anak mudah memahaminya. Sebagai patokan jenis cerita yang disukai anak umur 3-4 tahun adalah cerita yang memperkenalkan tentang benda dan binatang disekitar rumah misalnya sepatu, kucing, anjing, bola dan sebagainya. Hal semacam ini bagi orang dewasa dianggap sebagai hal yang biasa, bagi anak merupakan hal yang luar biasa dan amat menarik perhatiannya. Bagi anak yang berurnur 5-6 tahun buku yang memperkenalkan huruf-huruf, akan menarik perhatiannya, misalnya huruf-huruf yang bisa membentuk nama orang, nama binatang, dan nama buah yang ada dalam cerita/dongeng, misal jam berapa si tokoh bangun, mandi. pergi kesekolah dan lain-lain. Kalau pada sebelumnya anak diperkenalkan pada cerita binatang dan kegiatan disekitar rumah. maka pada usia ini bisa dibacakan purbakala, binatang yang ada di kebun binatang dan kegiatan diluar rumah, seperti pasar, toko, atau tempat tempat tertentu. Pada usia 6-7 tahun anakanak mulai mengembangkan daya fantasinya, mereka sudah dapat menerima adanya benda atau binatang yang dapat berbicara, seperti cerita kancil dan buaya atau cerita rakyat lainnya. Tetapi masih perlu disederhanakan atau cerita jangan terlalu panjang.
G. Penutup
  1. Apapun bentuknya sebaiknya mendongeng dilakukan sejak dini.
  2. Pilihlah sebuah cerita dongeng yang disukai ketika anda melakukan kegiatan mendongeng.
  3. Bila diambil dan buku maka anda perlu mengenali terlebih dahulu jalan ceritanya, sifat tokoh-tokohnya, tempat terjadinya serta pilihan kata si pengarang supaya anda dapat menyampaikan cerita dengan baik dan lancar.
  4. Perhatikan kecepatan membaca dan penekanannya
  5. Percaya diri dan tenang sejenak setelah mendongeng
Rujukan
  • Dr. Murti Bunanta, SS, MA. 2004. Buku, Mendongeng, dan Minat Membaca, Pustaka Tangga, Jakarta.
  • Prof. Dr. H.G Tarigan dkk, 1988. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Angkasa, Bandung.
  • Lampiran Peraturan Mendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Bahasa Indonesia.
  • (Mahing // Edisi III)
Disqus Comments