TATAP MATA SENTUH JIWA
(Sebuah teknik mengajar)
Oleh : Titien Mulyani (Guru SDN Gunung Makmur I, Kab. Tanah Laut)
Oleh : Titien Mulyani (Guru SDN Gunung Makmur I, Kab. Tanah Laut)
Latar Belakang
Guru adalah pekerja yang dituntut memiliki
kemampuan khusus selain mengajar yaitu memberi pelajaran berupa ilmu
pengetahuan terutama guru SD. Seorang guru harus menguasai semua bahan
ajar mulai Matematika, Bahasa, IPA, IPS, Mulok. Semua pelajaran harus
dikuasai terlebih Agama harus ditekankan pada amaliah kehidupan supaya
anak bisa memiliki budi pekerti yang luhur lewat pendidikan kontektual.
Di desa seperti penulis, sekolah rata-rata masih memakai guru kelas.
Karena guru di setiap sekolah di desa terbatas jumlahnya dan latar
belakang keilmuannya. Selain mengajar, guru juga harus memiliki
kemampuan mendidik. Mendidik adalah membekali murid dengan membiasakan
hidup mensyukuri nikmat dan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengertian murid
dibiasakan untuk hidup bertata krama, bersopan santun dan bersikap
terbuka.
Sikap terbuka adalah sikap sportif, jujur
menghadapi kenyataan hidup baik itu kenyataan baik atau buruk. Anak
dibiasakan berusaha dan bekerja keras mengatasi setiap masalah pantang
menyerah, ulet, tetapi bersikap ceria dan humoris kelihatannya mengajar
dan mendidik bukan hal sulit. Guru harus terbiasa mengevaluasi diri
karena guru selalu dituntut untuk merefleksi segala yang telah
dikerjakan. Sehingga apa yang terasa masih kurang dapat dikaji ulang
dengan memberi pengayaan. Oleh sebab itu seorang guru harus memiliki
trik-trik praktis yang bisa digunakan di lapangan untuk memudahkan
pekerjaan dalam menghadapi anak yang punya akal, kemauan, perasaan,
pemikiran dan latar belakang orang tua yang berbeda. Jadi pekerjaan
sebagai guru adalah suatu pekerjaan rumit yang terlihat sepele. Guru
mengajar satu kelas minimal diisi oleh 30 orang murid dengan karakter
anak yang berbeda, lingkungan anak yang berbeda.
Hal tersebut cukup membuat guru sibuk menguasai
kelas ketika pembelajaran berlangsung. Murid dengan tingkat lQ dan EQ
yang berbeda merupakan masalah bagi setiap guru.
Melihat kenyataan ini maka penulis mencoba mencari jalan keluar dengan mempelajari serta membuat uji coba dan meneliti di lapangan bahwa seorang guru harus memiliki cara mengajar yang mudah, efektif serta bisa menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, ada interaktif antara guru dan murid, sehingga terjalin komunikasi dari guru dengan murid, murid dengan murid, murid dengan guru. Tatap mata sentuh jiwa adalah pembiasaan pendekatan atau teknik mengajar yang digunakan penulis. Selama pembelajaran berlangsung ternyata mampu membuat murid betah belajar dan proses mengajar pun bisa berlangsung dengan sangat menyenangkan, sehingga guru mampu menjadikan anak didik yang ber-IQ (kecerdasan intelektual), ber-EQ (kecerdasan emosional), dan ber-SC (kecerdasan spiritual) sesuai dengan tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang berpedoman kepada BSNP (Badan Standar Pendidikan 2006).
Melihat kenyataan ini maka penulis mencoba mencari jalan keluar dengan mempelajari serta membuat uji coba dan meneliti di lapangan bahwa seorang guru harus memiliki cara mengajar yang mudah, efektif serta bisa menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, ada interaktif antara guru dan murid, sehingga terjalin komunikasi dari guru dengan murid, murid dengan murid, murid dengan guru. Tatap mata sentuh jiwa adalah pembiasaan pendekatan atau teknik mengajar yang digunakan penulis. Selama pembelajaran berlangsung ternyata mampu membuat murid betah belajar dan proses mengajar pun bisa berlangsung dengan sangat menyenangkan, sehingga guru mampu menjadikan anak didik yang ber-IQ (kecerdasan intelektual), ber-EQ (kecerdasan emosional), dan ber-SC (kecerdasan spiritual) sesuai dengan tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang berpedoman kepada BSNP (Badan Standar Pendidikan 2006).
Mengajar Dengan Teknik Tatap Mata Sentuh Jiwa
Seharusnya seorang guru memilih pekerjaan menjadi
guru bukan karena pelarian atau jalan pintas cara mudah mencari kerja.
Karena lapangan kerja sebagai guru tersedia banyak. Sekararig ini banyak
orang memilih menjadi guru karena ingin cepat kerja, tetapi lupa bahwa
guru bukan hanya sebagi pekerjaan namun merupakan suatu profesi yang
menuntut profesionalisme yang mana guru harus memiliki pembawaan yang
khas, berbakat, ikhlas dan sabar. Keikhlasan merupakan modal dasar yang
utama. Seorang guru dalam melaksanakan tugas harus ikhlas tanpa pamrih,
pengabdian, ramah, penuh kasih sayang, adil, murah senyum, hangat dan
humoris serta belas kasih.
Guru harus mempunyai pembawaan low profile
artinya guru bisa bergabung dengan murid, bisa menyatu dengan murid
bisa tut wuri handayani, ing ngarso sing tulodo, ing madya mangun karso,
Guru bersatu dengan murid memberi contoh, bisa melindungi, bisa memberi
semangat dan dapat memperlakukan semua murid dengan adil dan kasih
sayang.
Tatap mata sentuh jiwa digunakan penulis dalam
menghadapi murid-muridnya. Setiap kesempatan berpapasan dengan murid
baik di dalam atau di luar kelas dilakukan pembiasaan menatap murid
langsung ke mata, sehingga terjadi adu tatap, dilanjutkan dengan
pemberian secercah senyum diikuti dengan menyapa sebagai penyentuh jiwa.
Secara spontan anak akan membalas sapa guru dengan penuh hormat. Di
dalam kelas, tatap mata sentuh jiwa tetap digunakan. Tatap mata guru
menyentuh jiwa murid, tatap mata murid menyentuh jiwa guru
sehingga terbuka komunikasi, guru mampu membaca jiwa anak. Akhirnya ada kontak bathin lewat tatap mata sentuh jiwa. Di sini akan kita dapati seni mengajar dan belajar yang menyenangkan. Situasi pembelajaran yang bagaimanapun sulitnya akan tetap dihadapal murid dengan semangat karena mereka merasa adanya kontak batin dan perhatian.
sehingga terbuka komunikasi, guru mampu membaca jiwa anak. Akhirnya ada kontak bathin lewat tatap mata sentuh jiwa. Di sini akan kita dapati seni mengajar dan belajar yang menyenangkan. Situasi pembelajaran yang bagaimanapun sulitnya akan tetap dihadapal murid dengan semangat karena mereka merasa adanya kontak batin dan perhatian.
Apakah mereka takut dengan materi sulit? Tidak
karena guru siap menerangkan apabila murid mendapat kesulitan. Dengan
tatap mata sentuh jiwa membuat mengajar menjadi hal yang menyenangkan
karena sikap kita, cara pendekatan kita, sikap anak dan kedekatan mereka
ke kita membuat hati kita senang dan anak senang. Memudahkan pemberian
materi kepada anak dan membuat anak betah belajar, suasana belajar
mengajar menjadi menyenangkan dan menarik.
Kekuatan Penggunaan Tatap Mata Sentuh Jiwa
Penulis pernah mencoba teknik penggunaan tatap
mata sentuh jiwa pada murid kelas 1. Setiap pagi ketika bel berbunyi
guru sudah siap di depan kelas. Murid masuk ke dalam kelas dengan tertib
sambil bersalaman dengan guru. Disini terjadi kontak yaitu guru menatap
murid dan murid menatap guru dan saling memberikan senyum, memamerkan
gigi.
Ada dua keuntungan dan pembiasaan ini:
- Dari pameran gigi bisa dilihat apakah anak sudah menyikat giginya atau belum.
- Dari bersalaman terjadi sentuhan antara murid dengan guru, sehingga guru dapat merasakan keadaaan anak apakah anak sehat atau sakit, sudah makan atau belum . Jika ada murid yang sakit dipulangkan Iebih awal, sehingga pada proses pembelajaran di kelas dapat berjalan lancar.
Pembiasaan-pembiasaan guru dalam proses
pembelajaran dengan tatap mata sentuh jiwa bisa membuat 25 murid dan 30
murid di kelas 1 mampu membaca dan menulis indah dengan baik dalam waktu
6 bulan, sedangkan 5 murid Iainnya tidak mampu karena ada kelainan.
Guru adalah jiwanya pendidikan. Komunikasi harus
di buka antara guru dan murid. Bukan murid harus mendekati guru. Tetapi
guru harus lebih dahulu membuka jalur komunikasi kepada murid.
Dengan tatap mata sentuh jiwa ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan, karena pembiasaan ini membawa akibat:
- Murid hormat, segan, dan dekat dengan guru
- Sopan santun dapat dibiasakan karena kita memberi contoh langsung membiasakan diri bersikap sopan dengan sapaan ramah dan senyum ringan
-
Situasi pembelajaran yang tidak membosankan dapat diciptakan. Sesulit
apapun materi yang dihadapi, murid tetap bersemangat karena murid merasa
senang, diperhatikan dan didampingi
guru yang siap membantu menjelaskan apabila ada materi yang sulit. - Saling sharing, memberi dan menerima. Belajar serius dengan sikap santai tanpa beban yang penting usaha dengan kerja keras sudah dilakukan. Nilai bukanlah tujuan tetapi kemampuan untuk bersikap mandiri dan berkompetensi itu yang perlu ditanamkan dalam prinsip hidup murid.
Dengan tatap mata sentuh jiwa, kelas bukanlah
penjara seperti yang disebutkan WS. Rendra. Kelas adalah bursa tempat
manusia belajar, bertukar ilmu, mencari nilai, menguji kemampuan,
berkomunikasi, mencari bekal ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Andaikan semua guru bisa menggunakan teknik
mungkin tawuran dan narkoba tidak akan merambah anak anak remaja kita.
Guru mampu menjadi tempat bercerita dan tempat bertanya bagi munid,
sehingga anak-anak remaja tidak akan terperosok ke jalan yang salah
karena guru sudah memberi bimbingan dan arahan hidup yang benar.
Penutup
Tatap mata sentuh jiwa apabila digunakan di dalam
pergaulan sehari-hari dapat membuat kita disenangi orang di manapun kita
berada. Tatap mata orang dengan lembut, beri senyum ramah maka orang
yang jiwanya sehat pasti akan membalas tatap mata dan senyum kita. Tapi
hal ini tentu saja tidak bisa digunakan pada orang yang jiwanya sakit.
Sumber Buku dari Tatap Mata Sentuh
Jiwa adalah kitab Al-Quran dan terjemahannya terbitan Departemen Agama
RI. Surah A1-Alaq (segumpal darah) terdiri atas 19 ayat. Termasuk juga
surah Iqra (Bacalah) dan A1-Qalam (Kalam) dan dari sikap jemaah orang Islam, Kalau bertemu dan berpisah dalam berjemaah saling tatap ketika bersalaman dan menyebut nama Allah.
(Mahing // Edisi III )