Sunday, October 7, 2012

HARAPAN GURU YANG PROFESIONAL

HARAPAN GURU YANG PROFESIONAL

Oleh : Drs. Zaenal Fanani, M.Ed
(Widyaiswara LPMP Kalimantan Selatan)
Pendahuluan
Pemerintah telah mencanangkan bahwa guru sebagai jabatan professional, Setelah status guru sebagai tenaga professional maka kesejahteraan guru secara bertahap akan menyamai dengan tenaga-tenaga professional yang lain seperti dokter, pengacara dan lain-lain. Sementara perkembangan IPTEK dan isu Glohalisasi serta perubahan tuntutan masyarakat peranan guru sebagai tenaga professional semakin berat. Perkembangan IPTEK menuntut guru mampu menyerap perkembangan informasi dengan cepat dan akurat serta menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dipadukan dengan materi pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran, proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, menantang, dapat melayani kebutuhan cara belajar individu siswa yang berbeda-beda style dan memandirikan. Dengan globalisasi, guru dituntut meningkatkan profesionalnya tidak hanya dapat berkumunikasi tingkat lokal akan tetapi dapat berkumunikasi tingkat nasional bahkan dapat berkomunikasi tingkat global atau internasional. Oleh karenanya bahasa Inggris telah menjadi bahasa pengantar dalam setiap proses pembelajaran apapun bidang studinya sehingga siswa dapat dapat berkumunikasi dengan siapa saja dalam masyarakat global. Sementara tuntutan masyarakat akan mutu lulusan menuntut menjadikan guru harus meningkatkan kompetensinya tidak hanya kompetensi tingkat nasional akan tetapi kompetensinya tingkat internasional.
Sebagai gambaran terhadap status guru sebagai tenaga profesional beberapa tantangan adalah sebagai berikut:
Trend Baru Pendidikan Dan Permasalahannya
1. Sekolah Standar Nasional dan Standar Internasional (Bilingual)
Kecenderungan sekolah-sekolah di berbagai daerah untuk meningkatkan standar rnutu mereka dari standar lokal ke standar nasional bahkan ke standar internasional telah merambah tidak hanya di kota-kota propinsi akan tetapi telah masuk ke daerah tingkat kabupaten. Tahun 2004, tiap kabupaten teiah merniliki minimal satu Sekolah Standar Nasional (SSN) dan hampir tiap propinsi merniliki minimal satu Sekolah Standar Internasional (SSI) atau disebut juga Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI).
Di kota Banjarbaru telah merintis satu kelas Internasional sejak tahun 2005 yang disebut dengan Rintisan Kelas Internasionai (RKI) dimulai kelas X (kelas I menurut kurikulum 1994). Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Cambridge sementara kelas lain masih menggunakan Kurikulum Nasional. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Internasional yakni bahasa Inggris. Dalam rintisan mata pelajaran yang menggunakan kurikulum Internasional adalah mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika.
Sementara di Banjarmasin, SMPN 1 telah merintis satu kelas Bilingual sebagai rintisan menuju sekolah Internasional. Kurikulum yang digunakan adatah kurikulum nasionat namun bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris. Mata pelajaran yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris sementara adalah Fisika, Biologi dan Matematika. Mata pelajaran tersebut dipilih karena mata pelajaran tersebut bersifat universal.
Konsekuensi logis diberlakukannya Sekolah Standar Nasional, guru harus mampu melaksanakan KBK yakni mampu:
  1. mengembangkan silabus dan sistem penilaian
  2. merancang dan melaksanakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan Life skill siswa dan salah satunya adalah model pembelajaran berbasis kontek (CTL)
Bagi guru yang mengajar di Sekolah Standar Internasional (bilingual), di samping mampu mengembangkan silabus dan sistem penilaian serta merancang dan melaksanakan model pembelajaran berbasis kontek, ia harus juga mampu berkomunikasi minimal bahasa inggris. Karena bahasa pengantar dalam KBM tiap bidang studi adalah bahasa internasional yakni bahasa inggris.
Permasalahan
Namun dalam perkembangannya, masalah yang muncul adalah sebagian besar guru-guru, kecuali guru-guru yang sering ikut PKG, masih mengalami kesutitan dalam hal :
  1. cara mengintegrasikan life skilL ke dalam materi pembelajaran.
  2. membuat soal pada ranah kognitif yang mengukur keterampilan proses yang merupakan hasil belajar siswa baik berkenaan dengan keterampilan berfikir maupun keterampilan akademis.
  3. mengembangkan rubrik penilaian unjuk kerja dalam hlt menentukan kriteria pada tiap level unjuk kerja siswa pada lembar penilaian psikomotor dengan menggunakan rating scale.
  4. mengembangkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan life skill siswa
  5. berkomunikasi dalam bahasa inggris bagi guru non-bahasa inggris.
2. Pembelajaran berbasis Internet dan Multimedia lnteraktif.
Pembelajaran berbasis Internet
Warung Internet (Warnet) telah merambah ke berbagai pelosok tanah air. Di warnet-warnet sering dijumpai siswa-siswa sekolah dan SMA, SMP bahkan siswa SD berinternet ria. Setelah pulang sekolah, mereka tidak langsung pulang ke rumah tapi singgah dulu di warnet untuk sekedar berkomunikasi dengan temannya melalui E-mail atau chatting. Sebagian siswa sudah memiliki komputer di rumah yang terhubung dengan internet. Mereka saling tukar informasi, diskusi untuk memecahkan suatu masalah, sampai rapat OSIS melalui Mailing List atau News Group.
Meskipun di sekolah mungkin tidak diperkenalkan pembelajaran berbasis internet namun siswa-siswa masa kini terampil memanfaatkan teknologi internet untuk menggali informasi melalui kegiatan eksplorasi di berbagai situs dengan menggunakan search engine seperti google atau yahoo. Siswa terutama di kota-kota besar telah menemukan bahwa kehadiran Internet memungkinkan belajar menjadi lebih mudah, cepat, produktif, dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta dapat dilakukan secara mandiri. Sekarang hampir semua informasi termasuk kurikulum dan bahan ajar yang menarik yang diperlukan oleh siswa dan guru dan berbagai bidang studi dapat diakses di Internet kapanpun dan dimanapun dengan cepat, mudah dan murah
Dengan karakteristiknya yang khas kehadiran Internet dapat mengubah seseorang dalam hal cara berfikir, cara belajar, dan cara bekerja. Dulu bila siswa tidak mengerti terhadap mata pelajaran, ia akan bertanya kepada guru atau membaca buku. Sekarang siswa cukup buka Internet dan ketik informasi apa saja yang Ia perlukan melalui search engine seperti google dalam waktu kurang lebih 5 sampai 10 detik ratusan bahkan ribuan informasi yang berhubungan topik akan muncul. Bila siswa belum puas dengan tayanan informasi yang disediakan di web, Ia dapat bertanya atau berkomunikasi langsung dengan para ahli melaul fasilitas E-mail atau Chatting (dengan atau tanpa webcam). Internet telah menjadi ‘guru’ yang siap melayani kapan saja dimana saja untuk memberikan informasi apa saja dan Ia tidak pernah marah.
Bagaimana peran guru? Apakah Ia sebagai satu-satunya sumber informasi? Apa tugas guru lebih banyak menyampaikan informasi atau menjelaskan fakta, konsep, prinsip dan teori sebagaimana yang pernah diperoleh selama mahasiswa? Setelah melihat perkembangan teknologi semacam ini, guru tidak perlu apriori terhadapnya atau “memusuhinya” akan tetapi justru dapat memanfaatkannya bahkan mengintegrasikannya ke dalam kegiatan belajar mengajar
Pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif
Dengan telah menjamurnya bahan ajar yang diramu dengan multimedia interaktif, siswa dapat secara aktif berinteraksi dengan bahan ajar dengan atau tanpa bimbingan guru (mandiri). Siswa juga dapat memahami dengan mudah karena bahan ajar dikemas dalam bentuk kombinasi antara video, animasi, suara, gambar, grafik, dan tulisan. Struktur penyajiannya pun disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui kegiatan inkuiri atau problem solving. Contoh Virtual Lab yang dikembangkan oleh perusahaan Edmark adalah software yang memungkinkan siswa “bereksperimen” yakni siswa dapat memanipulasi “alat”dan mengamati hasilnya dalam laboratorium maya.. Akhir-akhir ini banyak guru-guru terutama guru eksata telah mulai mengembangkan multimedia interaktif seperti Virtual Lab meskipun masih sederhana. Model pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif seperti Virtual Lab ini, memungkinkan siswa dapat mengembangkan life skill terutama keterampilan proses yakni keterampilan berfikir dan keterampilan akademik. Multimedia interaktif ini sangat murah dan mudah dipersiapkan dan dioperasionalkan sehingga model pembelajaran berbasis multimedia interaktif sangat mungkin dilaksanakan di setiap sekolah. Sekarang telah tersedia bahan ajar dan berbagai bidang studi yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif.
Permasalahan
  1. Guru akan kalah cepat dengan siswa dalam memperoleh informasi bila guru gagap teknologi dan ini akan menurunkan wibawa guru
  2. Guru akan kalah cepat dengan siswa dalam memahami informasi baru bila cara guru belajar hanya dengan menggunakan cara konvesional.
  3. Guru juga akan kalah cepat dengan siswa dalam memahami informasi baru bila guru tidak paham bahasa inggris karena multimedia interaktif yang berkualitas kebanyakan dalam bahasa inggris.
  4. Sebagian besar guru belum mengenal model pembelajaran berbasis Internet.
  5. Sebagian besar guru belum mengenal model pembelajaran berbasis Multimedia lnteraktif.
  6. Adanya tuntutan baru terhadap peran guru dan peran guru sebagai sumber informasi menjadi fasilitator.
Alternatif Solusi
  1. Membangun kemitraan antara LPMP, Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan untuk menyusun rumusan solusi terhadap masalah-masalah pendidikan.
  2. Mengangkat dosen dan praktisi untuk mengenalkan KBK bagi mahasiswa calon guru.
  3. Memasukkan persyaratan mampu berbahsa inggris bagi mahasiswa calon guru sebelum dinyatakan lulus.
  4. Mengenalkan berbagai macam model pembelajaran dalam bentuk contoh langsung (bukan teori) terhadap mahasiswa calon guru.
(MAHING // Edisi Perdana Nov 2005)
Disqus Comments